Langsung ke konten utama

"Perjalanan Karier Rony Parulian: Dari Panggung Audisi ke Album Pertama"

 


Rony Parulian baru saja meliris album pertamanya yang berjudul “Rahasia Pertama” yang liris pada 02 mei 2025, dengan delapan lagu yang akan hadir pada album pertamanya. Rony Parulian lelaki asal jakarta kelahiran 09 juni 2001. Ia memulai karier tarik suara sejak usia dini dengan bergabung dalam grup vokal Golan Junior yang menyanyikan lagu batak. Ia juga pernah mengikuti idola cilik musim 4, namun gagal di tahap audisi.

Perjalanannya tidak sampai situ saja di dunia musik ia kembali saat berusia 17 tahun dengan mengikuti ajang indonesia idol dimulai dari indonesia idol (musim 9), indonesia idol (musim10), indonesia idol (musim 11). Tetapi semuanya belum membuahkan hasil. Kemudian ia memutuskan untuk mengikuti kembali ajang indonesia idol (musim 12), hingga berhasil keluar sebagai juara ketiga dan bergabung dengan label Universal Music Indonesia.

Dalam perjalanan yang berliku-liku hingga akhirnya ia dapat memiliki album pertamanya dengan judul Rahasia Pertama “Album ini semacam menjadi curahan dari rahasia hati saya selama ini. Mungkin cara orang berbeda-beda dalam mengungkapkannya, kalau saya dari yang saya bisa buat yaitu karya dalam bentuk lagu,” ujar Rony Parulian tentang debut album pertamanya.

Album perdana Rony Parulian mengusung genre Pop-Rock dengan balutan instrumen yang lebih modern, album ini di produseri Krisna Trias untuk single "Tak ada sepertimu" dan "Dengarlah cinta", Thopati untuk single "Mengapa", S/EEK untuk single "Angin Rindu", Lafa Pratomo untuk single "Tak Ada Ujungnya", dan trakhir "Pesona Sederhana" yang di produseri oleh Randy Pandugo.

Dengan debut album pertamanya banyak sekali respon positif yang hadir memenuhi kolom komentar instagram pribadi milik rony, semua orang mengucapkan “congrats dan sukses” kepadanya. Lewat album ini, Rony tidak hanya memperkenalkan dirinya sebagai penyanyi solo yang serius, namun ingin membuka ruang siapa pun yang terbiasa menyimpan banyak hal dalam diam. 

Album ini bukan hanya sekedar kumpulan lagu saja, tetapi semacam ajakan bahwa rahasia hati tidak harus terus dipendam. Bagi rony, musik adalah cara paling jujur untuk menyampaikan perasaannya. Dan ia berharap karyanya bisa jadi semacam dorongan bagi mereka yang punya cara sendiri dalam mengungkapkan hal-hal personal.

“Harapannya tentu saja lagu ini bisa didengar oleh banyak orang secara luas. Selain itu, teman-teman yang suka memendam sebuah rahasia dengan mendengarkan album ini bisa disampaikan rahasianya lewat apa pun itu medianya”, tutupnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

"Ketika Kenangan Menjadi Luka: Mengenali dan Mengatasi Trauma di Masa Remaja"

Masa remaja adalah fase penting dalam kehidupan, penuh dengan pencarian jati diri dan dinamika emosi. Di balik senyum ceria seorang remaja, seringkali tersembunyi luka batin yang muncul dari pengalaman menyakitkan. Kisah seorang remaja perempuan yang memutuskan merantau sejak duduk di bangku SMP menjadi contoh nyata bagaimana satu keputusan besar bisa menghadirkan perjalanan emosional yang tidak mudah.  Ia memilih tinggal jauh dari orang tua, demi menuntut ilmu dan membangun kemandirian. Namun, tinggal di lingkungan keluarga besar ternyata tak sehangat yang dibayangkan. Ia merasa tidak diperlakukan setara dengan lainnya, seolah selalu ada jarak yang tak kasat mata. Perasaan terasing dan tertekan perlahan mengikis semangatnya. Merasa tak lagi nyaman, ia memutuskan untuk pindah ke asrama saat masuk SMA. Harapannya sederhana untuk menemukan tempat di mana ia bisa merasa lebih bebas dan tenang. Tapi kehidupan di asrama juga tak luput dari tantangan. Ketika teman-teman lain mendapat kun...

Datang dan Pergi

  Setiap masa ada orangnya, setiap orang ada masanya. ya, kalimat itu selalu terdengar di akhir perpisahan menjadi penutup yang manis bagi cerita yang kadang pahit. Pertemanan yang tak pernah abadi selalu aku rasakan. Kehidupan yang berpindah-pindah membuatku tak pernah menemukan teman yang selalu hadir di sampingku. Aku terbiasa membentuk ikatan cepat, lalu merelakannya lebih cepat lagi. semacam siklus tak berujung yang membuatku mahir beradaptasi, namun lelah secara emosional. Aku memang mengenali banyak orang, tapi tak semuanya menganggapku teman. Mungkin bagiku aku hanyalah latar belakang dari cerita yang sedang mereka jalani. Aku hadir saat dibutuhkan, menjadi telinga saat mereka ingin bersandar. tapi ketika semua kembali baik-baik saja, aku sering kali dilupakan seperti debu di buku yang hanya dibuka saat diperlukan. Sering aku bertanya pada diri sendiri, pakah aku terlalu tersedia? Terlalu mudah percaya, terlalu mudah memberi? Tapi disisi lain, aku juga tahu, itu adalah bagi...